US Shutdown Segera Berakhir, Wall Street Rebound: Simak Dampak Positifnya Bagi IHSG
11 NOVEMBER 2025
Jakarta – Kabar angin segar datang dari Amerika Serikat. Drama penutupan pemerintahan atau US Shutdown yang sempat membuat pelaku pasar global was-was dikabarkan akan segera berakhir. Sentimen positif ini langsung memicu reaksi instan di lantai bursa saham Amerika Serikat (Wall Street) yang kompak ditutup di zona hijau.
Lantas, bagaimana korelasi sentimen positif ini terhadap pasar saham Indonesia? Apakah Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) akan ikut “manggung”?
Wall Street Kembali Bergairah
Indeks-indeks utama di bursa AS mencatatkan penguatan signifikan setelah para Senator mengambil langkah penting untuk menyepakati pengakhiran penutupan pemerintahan. Langkah bersejarah ini memberikan kepastian yang ditunggu-tunggu oleh investor global.
Berdasarkan data perdagangan terakhir:
- Dow Jones Industrial Average naik 381,53 poin (+0,81%) ke level 47.368,63.
- S&P 500 menguat cukup tajam sebesar +1,54% menjadi 6.832,43.
- Nasdaq Composite memimpin penguatan dengan lonjakan +2,27% ke level 23.527,17.
Saham-saham teknologi yang sebelumnya sempat tertekan, seperti Apple, Nvidia, dan kawan-kawannya, kembali menjadi motor penggerak utama pemulihan ini (comeback). Hal ini menandakan bahwa selera risiko (risk appetite) investor global telah kembali pulih.
Potensi “Cipratan” Berkah ke IHSG
Pulihnya Wall Street seringkali menjadi barometer bagi bursa saham Asia, termasuk Indonesia. Ada beberapa alasan fundamental mengapa berakhirnya US Shutdown bisa menjadi katalis positif bagi IHSG dalam waktu dekat:
- Arus Balik Dana Asing (Foreign Inflow) Ketika risiko ketidakpastian ekonomi global menurun (seiring berakhirnya drama shutdown), investor asing cenderung kembali melirik Emerging Markets. Indonesia, dengan fundamental ekonomi yang terjaga, berpotensi menjadi tujuan masuknya kembali dana asing (capital inflow) yang sempat keluar.
- Pelemahan Dolar AS dan Stabilitas Rupiah Sentimen positif di AS cenderung membuat indeks Dolar (DXY) sedikit melunak karena investor tidak lagi memburu Dolar sebagai safe haven secara agresif. Jika Dolar AS melemah, nilai tukar Rupiah berpotensi menjadi lebih stabil atau bahkan menguat.
- Angin Segar Sektor Komoditas Optimisme bahwa ekonomi AS akan berjalan normal kembali turut mendongkrak ekspektasi permintaan global. Hal ini bisa memberikan sentimen positif pada harga komoditas. Sektor energi dan material dasar di IHSG, khususnya emiten batu bara dan nikel, berpotensi mendapatkan momentum kenaikan jangka pendek seiring naiknya optimisme ekonomi global.
Meredanya ketegangan politik anggaran di Amerika Serikat memberikan sinyal bullish yang kuat bagi pasar global. Bagi investor domestik, ini adalah momentum untuk mencermati kembali saham-saham laggard (tertinggal) yang berpotensi bangkit, terutama di sektor teknologi, perbankan, dan komoditas unggulan.
Namun, investor tetap disarankan untuk memperhatikan volatilitas pasar dan menyesuaikan strategi dengan profil risiko masing-masing.

