Waspada Dividend Trap! Mengapa Saham Batu Bara Bagi Dividen Jumbo di Tengah Laba yang Anjlok?

14 NOVEMBER 2025

Jakarta – Akhir tahun 2025 menjadi momen yang dinanti para investor, khususnya para pemburu dividen (Dividend Hunter). Hujan dividen interim kembali mengguyur pasar modal, terutama dari sektor energi. Namun, ada fenomena menarik sekaligus mengkhawatirkan yang terjadi saat ini: Dividen Gede, Kinerja Melempem.

Emiten raksasa seperti AADI, ITMG, BSSR, hingga UNTR berbondong-bondong membagikan dividen interim dengan nilai fantastis. Namun, jika kita membedah laporan keuangan mereka, realitasnya justru menunjukkan kinerja bisnis yang sedang dalam “slow mode”.

Apakah dividen besar ini adalah exit liquidity atau apresiasi tulus bagi pemegang saham? Mari kita bedah datanya.

Fakta Data: Dividen Tinggi vs Penurunan Laba

Berdasarkan laporan kinerja keuangan 9 bulan terakhir, beberapa emiten favorit investor menunjukkan tren penurunan laba bersih secara Year-on-Year (YoY) yang cukup dalam, meskipun tetap royal membagikan keuntungan.

Berikut adalah ringkasan datanya:

  1. AADI (Adaro Andalan Indonesia)
    • Kinerja: Laba bersih anjlok -45% (YoY).
    • Dividen: Membagikan dividen interim sebesar Rp 3,9 Triliun.
  2. ITMG (Indo Tambangraya Megah)
    • Kinerja: Laba bersih turun drastis -52% (YoY).
    • Dividen: Memberikan dividen interim Rp 738/saham.
  3. UNTR (United Tractors)
    • Kinerja: Laba bersih terkoreksi -26% (YoY).
    • Dividen: Membagikan total Rp 2,05 Triliun.
  4. BSSR (Baramulti Suksessarana)
    • Kinerja: Laba bersih tercatat US$ 61,5 Juta.
    • Dividen: Membagikan US$ 35 Juta.
    • Catatan: Rasio pembagian dividen (Payout Ratio) sangat tinggi relatif terhadap laba yang dihasilkan.

Mengenal Risiko Dividend Trap

Istilah Dividend Trap merujuk pada situasi di mana imbal hasil dividen (dividend yield) terlihat sangat tinggi dan menggiurkan, namun sebenarnya fundamental perusahaan sedang memburuk.

Mengapa investor harus waspada?

  • Risiko Harga Saham: Jika kinerja terus melemah, harga saham berpotensi stagnan atau bahkan turun setelah Cum Date (tanggal terakhir berhak dapat dividen). Penurunan harga saham bisa lebih besar daripada nilai dividen yang didapat.
  • Sustainabilitas: Dividen diambil dari kas atau laba ditahan. Jika laba tahun berjalan terus turun, kemampuan perusahaan untuk membagikan dividen besar di masa depan akan tergerus.

Peluang atau Risiko?

Bagi kamu investor saham, situasi ini menuntut kejelian ekstra dalam menentukan strategi:

  1. Bagi Investor Dividend Hunter (Peluang)
    • Jika orientasi kamu murni arus kas (cashflow) jangka pendek, dividen ini sangat menarik. Namun, pastikan kamu sudah menghitung potensi penurunan harga saham pasca pembagian dividen (dividend dip). Strategi bisnis turnaround bisa menjadi harapan: kamu dapat dividen sekarang, dan berharap harga naik saat siklus komoditas membaik.
  2. Bagi Investor Growth Investing (Risiko)
    • Ini adalah sinyal merah. Penurunan laba bersih puluhan persen (seperti yang terjadi pada ITMG dan AADI) menandakan bahwa sektor ini sedang tidak dalam fase pertumbuhan. Membeli saham siklikal di fase downtrend fundamental membutuhkan kesabaran ekstra dan manajemen risiko yang ketat.

Jangan hanya silau dengan label “Dividen Jumbo”. Sebelum memutuskan untuk Buy, tanyakan tiga hal ini:

  • Apakah bisnisnya masih sustainable dalam 1-2 tahun ke depan?
  • Bagaimana outlook harga acuan batu bara global?
  • Apakah payout ratio-nya sehat atau memaksakan arus kas?

Ingat, dividen adalah bonus, namun menjaga modal investasi agar tidak tergerus (capital loss) adalah prioritas utama.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *