Di Balik Layar IHSG: Mengupas “Transaksi Gajah” Minggu Ini
8 NOVEMBER 2025
Jakarta – Pernahkah Anda memperhatikan lonjakan volume transaksi yang tiba-tiba meroket pada saham tertentu tanpa adanya pergerakan harga yang signifikan? Minggu ini, pasar saham Indonesia (IHSG) diwarnai oleh sejumlah transaksi jumbo alias “Transaksi Gajah” yang menarik perhatian para pelaku pasar.
Namun, angka volume yang besar seringkali menipu mata. Apakah ini murni akumulasi (pembelian masif), distribusi (penjualan masif), atau sekadar “pindah kantong”?
Top 5 Emiten Paling Banyak Diborong:
- VINS: 1,15 Miliar lembar
- DNET: 490 Juta lembar
- BPTR: 370 Juta lembar
- BIPP: 326 Juta lembar
- SGRO: 241 Juta lembar
Top 5 Emiten Paling Banyak Dilepas:
- DNET: 490 Juta lembar
- BUMI: 247 Juta lembar
- SGRO: 241 Juta lembar
- ATIC: 236 Juta lembar
- UDNG: 124 Juta lembar
Jika Anda jeli melihat data di atas, ada sesuatu yang ganjil. DNET dan SGRO muncul di kedua daftar (Top Buy dan Top Sell) dengan angka volume yang persis sama.
Apa yang sebenarnya terjadi?
Setelah ditelusuri lebih dalam, transaksi pada kedua emiten ini adalah Transaksi Crossing (transaksi tutup sendiri), di mana pihak pembeli dan penjual adalah entitas yang sama.
Pada DNET: Transaksi dilakukan oleh Hannawell Group.
Pada SGRO: Transaksi dilakukan oleh Twinwood Family H.
Dalam dunia pasar modal, transaksi crossing seperti ini seringkali bukan indikasi jual-beli pasar reguler (trading harian). Biasanya, ini menandakan adanya transfer internal, perpindahan kustodian, atau restrukturisasi portofolio antar sekuritas yang dimiliki oleh grup yang sama. Sederhananya, ini adalah aksi “pindah kantong”.
Jika DNET dan SGRO hanyalah transaksi internal, lantas di mana pergerakan uang yang sesungguhnya? Kita harus melihat transaksi yang tidak “kembar”.
Akumulasi Murni: Sorotan utama jatuh pada VINS. Dengan volume borong bersih sebesar 1,15 Miliar lembar (diduga kuat oleh Victoria Investama), ini menunjukkan adanya akumulasi riil yang masif, bukan sekadar pindah aset. Selain itu, BPTR juga mencatatkan pembelian bersih yang signifikan.
Penting bagi investor ritel untuk tidak hanya melihat running trade atau total volume semata. Transaksi crossing (seperti DNET & SGRO) biasanya bersifat netral terhadap harga pasar, namun bisa menjadi sinyal adanya aksi korporasi di masa depan.
Sebaliknya, pergerakan satu arah (seperti akumulasi di VINS atau distribusi di BUMI) adalah indikator arus uang (money flow) yang lebih relevan untuk strategi trading Anda.
Bagaimana menurut Anda? Apakah pergerakan VINS akan berlanjut, ataukah aksi korporasi DNET dan SGRO menyimpan kejutan lain? Diskusikan di kolom komentar!

